Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal Dinar dan Dirham

 


Banyak orang yang belum mengenal dinar dan dirham. Akhirnya banyak yang salah paham. Dianggapnya itu bukan berasal dari Islam.

Padahal, dinar dan dirham adalah mata uang yang diresmikan penggunaannya oleh Rasulullah SAW sejak beliau memimpin Islam di Madinah, pasca hijrah.  Memang bentuknya masih sederhana pada awalnya. Dinar dan Dirham ditimbang, sesuai standar timbangan kaum Qurays.

Jika dibandingkan dengan dengan timbangan sekarang ini, satu Dinar setara dengan 4,25 gram emas dan satu Dirham setara dengan 2,975 gram perak. Berdasarkan hal ini, Islam jelas menghubungkan mata uangnya, yaitu Dinar dan Dirham, dengan emas dan perak.

Dalam Islam, emas dan perak adalah standar baku dalam bertransaksi. Artinya, emas dan perak adalah sistem mata uang yang digunakan sebagai alat tukar.

Mengapa Islam menggunakan emas dan perak sebagai alat tukar? Karena, pertama, ada larangan penimbunan harta (kanz al-mâl) dan itu khusus pada emas dan perak. Bukan harta lainnya. Jelas larangan ini ditujukan pada alat tukar (medium of exchange). Allah SWT berfirman:

وَٱلَّذِينَ يَكۡنِزُونَ ٱلذَّهَبَ وَٱلۡفِضَّةَ وَلَا يُنفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ فَبَشِّرۡهُم بِعَذَابٍ أَلِيْمٍ

Orang yang menimbun emas dan perak, yang tidak menafkahkannya di jalan Allah, maka beritahulah mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksaan yang pedih (TQS at-Taubah [9]: 34)

Kedua, Islam telah mengaitkan emas dan perak dengan hukum-hukum yang baku. Ketika Islam menetapkan diyat (denda/tebusan), Islam telah menentukan diyat tersebut dengan ukuran tertentu, yaitu dalam bentuk emas. Saat Islam mewajibkan hukuman potong tangan terhadap praktik pencurian, Islam juga menentukan ukuran tertentu dalam bentuk emas

Ketiga, Rasulullah SAW telah menetapkan Dinar (emas) dan Dirham (perak) saja sebagai mata uang. Beliau telah membuat standar uang ini dalam bentuk ‘ûqyah, dirham, dâniq, qirâth, mitsqâl dan dinar.

Keempat, ketika Allah SWT mewajibkan zakat uang, maka zakat itu atas emas dan perak. Allah SWT menentukan nishâb zakatnya dengan nishâb emas dan perak. Adanya zakat uang berupa emas dan perak menunjukkan bahwa mata uang dalam Islam berupa emas dan perak.

Kelima, hukum-hukum tentang transaksi pertukaran mata uang (money changer) hanya dalam bentuk emas dan perak.

Ketahuilah, uang yang kita gunakan sekarang yakni uang kertas atau fiat money, sesungguhnya tidak memiliki nilai intrinsik. Nilainya hanyalah sehelai kertas biasa. Tidak ada jaminan emas dan perak atasnya. Dan ini terjadi di seluruh dunia.

Dan jika dibandingkan dengan uang yang ada sekarang, Dinar dan Dirham memiliki banyak keunggulan. Apa saja? Pertama: Dinar dan Dirham memenuhi unsur keadilan dibandingkan fiat money. Pasalnya, Dinar dan Dirham memiliki basis yang riil berupa emas dan perak. Angka yang tertera dan nilainya sama.

Kedua: Dinar dan Dirham lebih stabil dan tahan terhadap inflasi. Sedangkan uang kertas rentan terhadap krisis karena tidak stabil dan mudah dipermainkan

Mari kita lihat keunggulan dinar dan dirham dengan contoh sederhana, Pada tahun 1996, Ongkos Naik Haji (ONH) sekitar Rp 7,7 juta. Nilai ini setara dengan sekitar 308 gram emas pada saat itu. Sekarang, pada 2021, ONH anggap saja rata-rata Rp 40 juta. Jika 1 gram emas hari ini seharga Rp 1 juta, dengan kepemilikan 308 gram seperti tahun 1996, maka kita bisa memiliki dana sekitar Rp 308 juta. Dengan jumlah sebesar ini, kita dapat memberangkatkan 7 orang, plus uang sakunya.

Kalau ada Muslim yang mencibir Dinar dan Dirham, justru banyak ahli Barat yang memujinya. Sebagai contoh, Cristopher Wood, seorang analis Emerging Market CLSA. Ia mengatakan, “Emas adalah satu-satunya jaminan nyata terhadap ekses-ekses keuangan massif yang masih dirasakan dunia Barat.” Wood juga mengatakan, “Ketika nilai tukar Dolar anjlok, harga emas akan terus naik.”

Hal yang sama disampaikan Robert Mundell, penerima Nobel ekonomi. Ia memperkirakan bahwa emas akan kembali menjadi bagian sistem keuangan internasional pada abad ke-21 (Hamidi, 2007).

Peter Bernstein, seorang pakar keuangan terkemuka dunia, juga mengatakan secara terbuka bahwa ketika semua mata uang kertas berjatuhan, emas akan menunjukkan kesaktiannya. Emas (Dinar) menunjukkan nilai yang stabil dan cenderung menguat terhadap mata uang kertas.

Sungguh, Dinar dan Dirham adalah bagian dari syariah Islam. Selain jelas basis dalil syariahnya, dan keunggulannya pun nyata dan tak terbantahkan.

WalLaahu A'lam bisshowab

 

Roes
Roes Guru Pembelajar Sumenep

2 komentar untuk "Mengenal Dinar dan Dirham"

  1. Mantap Ustad...masalahnya sekarang bagaimana caranya agar Dinar dan Dirham ini bisa menjadi System Mata Uang sebagai alat tukar menggantikan uang kertas. Di Arab Saudi sendiri yang notabene sebagai cikal bakal pengguna pertama uang Dinar dan Dirham menggunakan Real, uang kertas sebagai alat tukar. Pertimbangannya menurut saya adalah soal pragmatisme saja. Bisa dibayangkan kalau sekarang menggunakan Dinar dan Dirham dalam sebuah transaksi jual beli.

    BalasHapus